Cerita Sex Mantapnya Jepitan Buah Dada Ibu Pemilik Apartemen Di Jepang
Update
terbaru Cerita Sex Dewasa, Pada kisah Cerita Seks bergambar kali ini
yang berjudul Suami Pinjaman, saya telah menyediakan cerita HOT
pengalaman pribadi maupun orang lain lengkap dengan gambar seksi
peningkat nafsu birahi anda. Selamat membaca.
Judi deposit pulsa-Aku tiba di Jepang pertama kali pada awal Februari. Saat itu kota kecil tempat aku belajar tengah tertutup oleh timbunan salju. Sewaktu mencari apartemen yang kemudian kutinggali, aku hanya tahu bahwa ibu pemilik apartemennya masih muda dan sangat cantik. Waktu itu dia mengantarku menengok keadaan apartemen. Dia mengenakan celana jean dan jaket bulu yang longgar dengan mengenakan penutup kepala yang menyatu dengan jaket yang dia kenakan.
Silahkan Hubungi kami hanya di :
WA : +63 9271482383
Judi deposit pulsa-Aku tiba di Jepang pertama kali pada awal Februari. Saat itu kota kecil tempat aku belajar tengah tertutup oleh timbunan salju. Sewaktu mencari apartemen yang kemudian kutinggali, aku hanya tahu bahwa ibu pemilik apartemennya masih muda dan sangat cantik. Waktu itu dia mengantarku menengok keadaan apartemen. Dia mengenakan celana jean dan jaket bulu yang longgar dengan mengenakan penutup kepala yang menyatu dengan jaket yang dia kenakan.
Sesudah
menandatangani kontrak sewa, aku tidak pernah berjumpa lagi dengannya
hingga akhir Maret. Walaupun dia tinggal di rumah besar yang hanya
berada di samping kanan apartemen yang kusewa, namun kesibukanku di
kampus membuatku selalu pulang malam. Juga kebiasaan orang yang hidup di
negara empat musim, pada musim dingan rumah besar itu selalu menutup
pintu dan jendelanya rapat-rapat. Pada akhir pekan, waktu kuhabiskan di
dalam apartemen dengan menonton kaset video.
Pembayaran
uang sewa apartemen kulakukan dengan transfer uang lewat bank ke
rekening dia. Dari situlah aku jadi hafal namanya: Yumiko Kawamura.
Yumiko
ternyata sangat mengundang hasrat lelaki. Aku baru menyadarinya pada
akhir bulan April. Waktu itu hari Jumat, tanggal 30 April. Aku lupa
pergi ke bank untuk membayar sewa apartemen. Sementara kalau menunggu
hari Senin, hari sudah menunjukkan tanggal 3 Mei. Padahal sesuai
perjanjian, uang sewa bulan berikutnya harus sudah dibayarkan
selambat-lambatnya pada hari terakhir bulan sebelumnya. Maka pada malam
itu aku membawa uang sewa apartemen ke rumahnya barangkali dia mau
menerima uangnya secara langsung.
Dia
sendiri yang membukakan pintu rumahnya saat itu. Aku mengemukakan
alasanku, mengapa sampai aku menyalahi kontrak perjanjian, yakni tidak
membayar lewat bank. Ternyata dia berkata, hal tersebut tidak menjadi
masalah. Lewat bank atau langsung diantarkan, baginya tidak ada
pengaruhnya. Hanya orang Jepang biasanya tidak mau repot-repot atau
belum tentu punya waktu sehingga mereka membayar uang sewa melalui
transfer otomatis antarrekening bank.
Waktu
Yumiko menemuiku tersebut, aku terpesona dengan kecantikan dan
kemolekan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya
tergerai sebahu. Wajahnya putih mulus dengan bentuk mata, alis, hidung,
dan bibir yang indah. Dari celada jean ketat dan sweater yang dia
kenakan, aku dapat melihat jelas postur tubuhnya.
Pinggangnya
berlingkar sekitar 58 cm. Pinggulnya melebar indah, ukuran lingkarnya
tidak kurang dari 98 cm. Payudaranya amat montok dan membusung indah,
lingkarnya sekitar 96 cm. Kalau dibawa ke ukuran BH Indonesia pasti dia
memakai BH dengan ukuran 38. Suatu ukuran payudara yang enak diciumi,
disedot-sedot, dan diremas-remas. Dari samping kulihat payudaranya
begitu menonjol dari balik sweater yang dikenakannya.
Melihat
dia sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh
kenyal indah tersebut digeluti dari arah belakang. Perlu diketahui, aku
masih single. Walaupun aku gemar menonton video porno dan melakukan
masturbasi, namun aku belum pernah melakukan hubungan sex dengan
pacar-pacarku.
Sejak
mengetahui bahwa sewa apartemen dapat dibayarkan secara langsung, aku
memutuskan untuk tidak membayar lewat transfer bank lagi. Alasannya, aku
dapat menghemat ongkos transfer. Di samping itu aku dapat menatap wajah
cantik dan tubuh aduhai Yumiko.
Bulan
Mei, udara di kotaku sudah tidak terlalu dingin lagi. Sudah berubah
menjadi sejuk. Yumiko Kawamura pada hari Sabtu atau Minggu sering
terlihat bekerja di halaman. Kadang dia memotong rumput, memangkas
pepohonan kecil, atau merapihkan pot-pot tanamannya. Aku paling suka
menatap tubuhnya bila dia membelakangi jendela apartemenku. Sungguh
merupakan sosok yang enak digeluti. Apalagi bila dia sedang
menunggingkan pinggulnya yang padat, hal itu membuatku teringat pada
adegan perempuan Jepang yang sedang digenjot dalam posisi menungging
pada video-video kaset permainan sex yang sering kupinjam dari
persewaan.
Mau nonton video bokep???klik disini <-------
Lama-lama
aku tahu sedikit tentang keluarga dia. Umur Yumiko adalah 30 tahun.
Anaknya dua, perempuan semua. Yang pertama berumur tujuh tahun, yang
kedua lima tahun. Suaminya bekerja di kota lain, pulangnya pada akhir
pekan. Sabtu dini hari dia tiba di rumah, dan berangkat lagi hari Minggu
tengah malam.
Di
hari penutup bulan Mei, hari Senin, aku berniat membayar sewa apartemen
di petang hari. Karena itu aku pulang dari kampus lebih awal dari
biasanya. Saat itu tiba di apartemen baru jam 17:00. Sesudah menyimpan
tas punggung, aku pergi ke rumah Yumiko Kawamura. Kuketuk pintu, namun
tidak ada jawaban dari dalam.
Kupencet
bel yang terpasang di kusen pintu. Kutunggu sekitar satu menit, namun
tidak ada suara apapun dari dalam rumah. Agaknya sedang tidak ada orang
di rumah. Mungkin Yumiko dan anak-anaknya sedang ke supermarket.
Akhirnya aku kembali ke apartemen dan mandi. Sehabis mandi aku menonton
TV, sampai akhirnya aku tertidur di depan TV.
Aku
terbangun jam setengah delapan malam. Kutengok rumah Yumiko dari
jendela apartemen. Lampu-lampu rumahnya sudah menyala. Berarti mereka
sudah datang. Akupun membawa amplop berisi uang sewa apartemen. Kupencet
tombol bel pintunya, seraya mengucap, “Gomen kudasai.”
Sejenak hening, namun kemudian terdengar sahutan, “Hai. Chotto matte kudasai.”
Terdengar
suara langkah di dalam rumah menuju pintu. Kemudian pintu terbuka. Aku
terpana. Di hadapanku berdiri Yumiko dengan hanya mengenakan baju kimono
yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15 cm di atas lutut.
Paha dan betis yang tidak ditutupi kimono itu tampak amat mulus. Padat
dan putih. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus
yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar dengan aduhainya.
Pinggangnya
kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum
sempat dia ikat secara sempurna, menyebabkan belahan dada yang montok
itu menyembul di belahan baju. Payudara yang membusung itu dibalut oleh
kulit yang putih mulus. Lehernya jenjang. Beberapa helai rambut
terjuntai di leher putih tersebut. Sementara bau harum sabun mandi
terpancar dari tubuhnya. Agaknya dia sedang mandi, atau baru saja
selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kontholku
berdiri melihat kesegaran tubuhnya.
“A…
Bobby-san. Watashi no imoto to omotteta…,” sapanya membuyarkan
keterpanaanku. Agaknya aku tadi dikiranya adik perempuannya. Pantas… dia
berpakaian seadanya.
Untuk
selanjutnya, percakapanku dengannya kutulis di sini langsung dalam
bahasa Indonesia saja agar semua pembaca mengetahuinya, walaupun
percakapan yang sebenarnya terjadi dalam bahasa Jepang.
“Kawamura-san, maaf… saya mau membayar sewa apartemen,” kataku.
“Hai, dozo… Silakan duduk di dalam, dan tunggu sebentar,” sahutnya.
Aku
berjalan mengikutinya menuju ruang tamu. Kuperhatikan gerak tubuhnya
dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi
langkah-langkah kakinya. Edan! Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari
belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kontholku di liatnya gundukan
pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas payudara montoknya
habis-habisan.
Aku
duduk di bantal duduk yang disediakan mengelilingi meja tamu. Sementara
dia naik tangga menuju lantai dua. Langkah-langkah betis indah di
anak-anak tangga itu tidak pernah lepas dari tatapan liar mataku. Empat
menit kemudian dia turun dari lantai dua. Baju yang dikenakan sudah
ganti. Sekarang dia mengenakan baju kimono tidur putih yang berbahan
licin. Diterpa sorot lampu, kain tersebut mempertontonkan tonjolan buah
dada sehingga tampak membusung dengan gagahnya. Dia tidak mengenakan bra
di balik kimono tidurnya, sehingga kedua puting payudaranya tampak
jelas sekali tercetak di bahan kimononya.
“Ingin minum apa? Kopi, teh, atau bir?” tanya Yumiko.
“Teh
saja,” jawabku. Selama ini aku memang belum pernah minum bir. Bukan aku
antialkohol atau menganggap bahwa bir itu haram, namun hanya alasan
takut ketagihan minuman alkohol saja.
Yumiko
kemudian membawa baki berisi poci teh hijau dan sebuah cangkir untukku.
Untuk dia sendiri, diambilnya satu cangkir besar dan tiga botol bir
dari kulkas. Kemudian aku pun menikmati teh khas Jepang tersebut,
sementara dia menikmati bir.
“Kok sepi? Anak-anak apa sudah tidur?” tanyaku.
“Mereka
sedang main ke rumah adik perempuan saya. Tadi perginya bersama-sama
saya. Lalu saya pulang duluan karena harus ke supermarket dulu untuk
membeli sayur dan buah. Mungkin sebentar lagi mereka akan tiba, diantar
oleh adik perempuan.”
“Oh… pantas, tadi saya ke sini tidak ada orang. Sepi.”
“Bobby-san berasal dari mana? Tai? Malaysia? Filipina?”
“Saya dari Indonesia.”
“Indonesia…,” Yumiko tampak berpikir, “… dengan Pulau Bali?”
“A… itu. Bali adalah salah satu pulau dari Indonesia.”
“O ya? Sungguh pulau yang indah. Saya belum pernah ke sana, namun ingin dapat mengunjungi Bali. Saya mempunyai brosurnya.”
Yumiko
beranjak dari duduknya dan mengambil suatu buku tipis tentang pulau
Bali dari rak buku. Pada posisi membelakangiku, aku menatap liar ke
tubuhnya. Mataku berusaha menelanjangi tubuhnya dari kain kimono
mengkilat yang dia kenakan. Pinggangnya ramping. Pinggulnya besar dan
indah. Kemudian betis dan pahanya yang putih mulis tampak licin
mengkilap di bawah sorot lampu TL. Betapa harum dan sedapnya bila betis
dan paha tersebut diciumi dan dijilati.
Yumiko
kemudian membuka brosur tentang pulau Bali tersebut di atas meja tamu.
Dia bertanya-tanya tentang gambar yang ada dalam brosur tersebut sambil
kadang-kadang meneguk bir. Kini dari mulutnya yang indah tercium
wanginya bau bir setiap kali dia mengeluarkan suara. Kupikir sungguh
kuat dia meminum bir. Tiga gelas besar sudah hampir habis diteguknya.
Perhatian dia ke foto-foto di brosur dan bir saja. Ngomongnya kadang
agak kacau, mungkin karena pengaruh alkohol. Namun bagiku adalah
kesempatan menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Dia tidak menyadari
bahwa belahan kain kimono di dadanya mempertontonkan keindahan gumpalan
payudara yang montok dan putih di kala dia agak merunduk. Edan,
ranumnya! Kontholku pun menegang dan terasa hangat. Sebersit kenikmatan
terasa di saraf-saraf kontolku.
Kring… kring… Tiba-tiba telpon berdering.
Yumiko
bangkit dan berjalan menuju pesawat telpon. Pengaruh kebanyakan minum
bir mulai terlihat pada dirinya. Jalannya agak sempoyongan.
“Sialan…,” makiku dalam hati karena dering telpon tersebut memutus keasyikanku melihat kemontokan payudaranya.
Yumiko
terlibat pembicaraan sebentar di pesawat telpon. Kemudian kembali lagi
ke bantal duduknya semula dengan jalan yang sempoyongan.
“Anak-anak
tidak mau pulang,” Yumiko menjelaskan isi pembicaraan telponnya. “Malam
ini mereka bermalam di rumah adik perempuan saya. Besok mereka
diantarnya langsung ke sekolah mereka.”
Yumiko
menuangkan bir ke gelasnya lagi. Sudah gelas yang keempat. Edan juga
perempuan Jepang ini. Jalannya sudah sempoyongan namun masih terus
menambah bir.
“Bobby-san sudah menikah?” tanyanya.
“Belum,” jawabku.
“Sudah ada pacar?”
“Sudah. Saat ini masih kuliah di Indonesia.”
“Syukurlah. Nikmati masa pacaran. Masa pacaran adalah masa yang indah. Bagaimana permainan cinta sang pacar?”
Kunilai kata-kata Yumiko semakin mengacau. Semakin berada di alam antara sadar dan tidak sadar.
“Permainan cinta?”
“Iya… permainan sex.”
“Saya
belum pernah melakukan hubungan sex, termasuk dengan pacar saya.
Kebanyakan perempuan di negara saya masih menjaga kegadisan sampai
dengan menikah.”
Yumiko
tertawa lirih mendengar kata-kataku. Suara tawanya amat menantang
kejantananku. “Di Jepang gadis-gadis sudah melakukan hubungan sex dengan
pacar mereka pada usia 17 atau 18 tahun. Kalau belum melakukan hal
tersebut, mereka belum merasa menjadi orang dewasa. Mereka akan diejek
kawan-kawannya masih sebagai anak ingusan.”
“O… begitu. Baru tahu saya…”
“Kalau begitu Bobby-san masih perjaka?”
“Saya
tidak tahu masih disebut perjaka atau tidak. Saya belum pernah
melakukan hubungan sex. Namun sejak usia 15 tahun saya suka melakukan
masturbasi untuk mengatasi kebutuhan sex saya.”
Pulsa online-Yumiko
tertawa lagi. Tawa yang membangkitkan hasrat. Sialan. Aku diejek
sebagai anak ingusan oleh pemilik bibir ranum sensual itu. Ingin rasanya
kubuktikan kedewasaan dan kejantananku. Ingin rasanya kulumat
habis-habisan bibir merekah itu. Ingin rasanya kusedot-sedot payudara
aduhai itu dengan penuh kegemasan. Dan ingin rasanya kuremas-remas
pantat kenyal Yumiko itu sampai dia menggial-gial keenakan. Agar dia
kapok.
“Kenapa
tidak cari pacar yang dapat diajak berhubungan sex sekarang-sekarang
ini? Bobby-san ganteng, badan tinggi-tegap dan berpenampilan jantan.
Kalau di sini cari pacar, pasti banyak perempuan Jepang yang mau. Sayang
kalau energi pada usia muda tidak dinikmati.” Omongan Yumiko semakin
ngelantur. Pasti karena kebanyakan minum bir. “Sebab kalau Bobby-san
berumur tua sedikit, energi akan berkurang. Atau bahkan loyo seperti
suami saya. Baru main empat atau lima menit sudah jebol pertahanannya.
Dan langsung mendengkur, tidak memperdulikan saya yang baru setengah
jalan… Dasar laki-laki payah.”
Nah,
benar terkaanku. Dia mulai tidak sadar. Bicaranya tambah mengacau.
Kebiasaan orang Jepang, kalau mulaihilang kesadarannya karena kebanyakan
minum bir, apa yang dia pendam dalam hati akan dia keluarkan satu per
satu.
Yumiko
menenggak bir lagi. Habislah gelas yang keempat. Dan dia mengisinya
kembali sampai penuh. Padahal matanya sudah merah dan kelihatan
mengantuk. Namun dalam kondisi demikian kulihat keayuan aslinya. Mata
mungil yang setengah tertutup kelopak mata itu tampak sangat bagus.
Terus terang aku menyukai perempuan bermata sipit, contohnya perempuan
Jepang, Cina, atau Korea. Bibir Yumiko yang sensual dan berwarna merah
muda tanpa polesan lipstik itu mengeluarkan keluhan-keluhan tentang
keloyoan suaminya dalam masalah sex. Namun biarlah dia mengoceh, bagiku
yang terpenting adalah menatap bibir merekah itu tanpa rasa risih karena
yakin si empunya dalam keadaan tidak tersadar. Wuih… enak sekali kalau
bibir ranum tersebut dilumat-lumat.
“A… Bobby-san. Gomen… sampai lupa ke masalah utama. Sebentar, saya ambilkan kuitansi untuk pembayaran apartemen… ”
Yumiko Kawamura menenggak bir lagi.
“Kawamura-san. Daijobu desu ka?” aku mengkhawatirkan kesadarannya karena dia sudah kebanyakan minum bir.
“Daijobu desu. Saya sudah terbiasa minum bir banyak-banyak. Semakin banyak minum bir dunia terasa semakin indah.”
Yumiko
beranjak dari duduknya. Dia mencoba berdiri, namun sempoyongan
terjatuh. Aku bersiap-siap menolongnya, namun dia berkata, “Mo ii desho.
Daijobu…”
Yumiko
berusaha berjalan menuju rak buku. Namun baru menapak dua langkah…
Gedebrug! Dia terjatuh seperti yang kukhawatirkan. Untung tangannya
masih sempat sedikit menjaga badannya sehingga dia tidak terbanting di
lantai kayu. Walaupun lantai kayu tersebut ditutup karpet, namun akan
cukup sakit juga bila badan sampai jatuh terbanting di atasnya. Namun
tak ayal, betis kanan Yumiko masih membentur rak kayu.
“Ak… ittai…,” dia berteriak kesakitan.
Aku
segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong dia ke
atas karpet bulu yang tebal. Kuletakkan kepalanya di atas bantal duduk.
Dalam waktu seperti itu, tercium bau harum sabun mandi memancar dari
tubuhnya. Kimono atasnya terbuka lebih lebar sehingga mataku yang berada
hanyasekitar 10 cm dari payudaranya melihat dengan leluasa kemontokan
gumpalan daging kenyal di dadanya. Alangkah merangsangnya. Nafsuku pun
naik. Kontholku semakin tegang. Dan ketika aku menarik tangan dari
pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap.
Paha itu hangat, licin, dan mulus.
“Ittai…,”
sambil masih pada posisi tiduran tangannya berusaha meraih betisnya
yang terbentur rak tadi. Namun pengaruh banyaknya bir yang sudah dia
minum membuatnya tak mampu meliukkan badannya dalam menggapai betis.
Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis yang putih
indah itu.
Aku
pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya meminta permisi,
“Sumimasen…” Kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut.
“Ak…
ittai…,” Yumiko meringis kesakitan. Namun kemudian dia bilang,
“So-so-so-so-so… Betul bagian situ yang sakit. Ah… enak… Ah… ah… terus…
terus…”
Lama-lama
suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Yumiko, kupandang wajahnya.
Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur, dengan bau harum bir
terpancar dari udara pernafasannya. Dia sudah tertidur. Kantuk akibat
kebanyakan minum alkohol sudah tidak mampu dia tahan lagi. Aku semakin
melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.
Aku
pun bingung. Apa yang harus aku lakukan? Kuambil uang sewa apartemen
dari saku kemeja dan kuletakkan di atas meja tamu di samping cangkir
tehku. Terus bagaimana dengan kuitansi pembayarannya?
Kupandangi
Yumiko yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajah dia. Lehernya
jenjang. Daging montok di dadanya bergerak naik-turun dengan teratur
mengiringi nafas tidurnya, seolah menantang kejantananku. Dan dada
tersebut tidak dilindungi bra sehingga putingnya menyembul dengan
gagahnya dari balik kain kimononya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya
yang besar melebar dengan indahnya. Kain kimono yang mengkilap tersebut
tidak mampu menyembunyikan garis segitiga celana dalamnya yang kecil.
Sungguh kontras, celana dalam minim membungkus pinggul yang maksimum.
Celana dalam yang di antara dua pahanya terlihat membelah. Pasti di situ
letak lobang memeknya.
Terbayang
dengan apa yang ada di balik celana dalamnya, kontholku menjadi semakin
tegang. Apalagi paha yang putih mulusnya dipertontonkan dengan jelas
oleh kimono bagian bawah yang tersingkap. Dan paha tersebut tersambung
dengan betis yang indah.
Edan!
Melihat lekuk-liku tubuh aduhai yang tertidur itu nafsuku naik.
Terbangunkah dia bila kutiduri? Beranikah aku? Teman-teman Jepangku yang
tertidur karena kebanyakan minum bir biasanya akan pulas sampai sekitar
satu atau dua jam. Apakah Yumiko juga begitu? Akankah dia terbangun
bila tubuhnya kugeluti tanpa memasukkan konthol ke liang memeknya?
Hasratku
semakin memuncak. Kuelus betis indah Yumiko. Kemudian sedikit kuremas
itu untuk memastikan bahwa dia cukup pulas. Ternyata dia tidak
terbangun. Keberanianku bertambah. Kusingkapkan bagian bawah kimononya
sampai sebatas perut. Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Paha
yang menantang kejantananku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut
keluar dari celana dalamnya yang minim. Sungguh kontras warnanya.
Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih.
Kueluskan
tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Yumiko. Dia tidak
terbangun. Kueluskan perlahan ibu jariku di bagian celana yang
mempertontonkan belahan bibir memeknya. Tiba-tiba jari-jari tangannya
bergerak seperti tersentak. Aku kaget. Segera kuhentikan aksiku karena
khawatir bila Yumiko terbangun. Namun dia tetap tertidur dengan nafas
yang teratur.
Baca juga : CERITA DEWASA TAK BISA KUTAHAN KENIKMATAN SEKS
Keberanianku
muncul kembali. Kini kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri
dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua
paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Namun si
empunya tetap tertidur. Bau harum yang terpancar dari pahanya membimbing
hasrat kejantananku untuk meneruskan pendakian.
Dia sedang tertidur pulas! Dia sedang tidak tersadar! Dia sedang di bawah pengaruh alkohol! Kenapa aku harus takut?
Aku
berjalan ke pintu dan menguncinya dari dalam, untuk berjaga-jaga kalau
ada orang dari luar mau masuk. Kemudian aku melepas celana dalamku.
Celana dalam kulipat dan kumasukkan ke dalam kantong celana pendek yang
kupakai. Celana pendek yang kukenakan adalah longgar dan terbuat dari
bahan yang tipis dan lemas, sehingga tanpa lindungan celana dalam
kontolku dapat bergerak bebas di salah satu lobang kakinya yang memang
lebar.
Kemudian
kuhampiri Yumiko yang tertidur pulas. Kembali kuciumi dan kujilati paha
dan betis mulus yang berbau harum tersebut. Setelah beberapa saat
kukeluarkan konthol dari lobang kanan celana pendekku. Kontholku sudah
begitu tegang. Kutempelkan kepala kontholku di paha mulus tersebut. Rasa
hangat mengalir dari paha Yumiko ke kepala kontholku. Kemudian
kugesek-gesekkan kepala konthol di sepanjang pahanya. Rasa geli, hangat,
dan nikmat menyelimuti sel-sel kontholku. Kontholku terus
kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat.
Konthol semakin tegang. Nafsu seks-ku semakin tinggi.
Aku
semakin nekad. Kulepaskan ikatan baju kimono tidur Yumiko, dan
kusingkapkan baju itu ke kiri dan kanan. Tergoleklah tubuh mulus Yumiko
tanpa helaian kimono menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh
membangkitkan birahi. Payudara yang besar membusung, pinggang yang
ramping, dan pinggul yang besar melebar dengan bagusnya. Payudaranya
menggunung putih, putingnya berdiri tegak berwarna pink
kecoklat-coklatan, dan dikelilingi oleh warna coklat kulit payudara di
sekitarnya sampai dengan diameter sekitar dua setengah centimeter.
Perlahan-lahan
kucium payudara montok Yumiko. Hidungku mengendus-endus kedua payudara
yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan
lidahku. Kemudian puting payudara kanannya kulahap ke dalam mulutku.
Badannya sedikit tersentak ketika puting itu kugencet perlahan dengan
menggunakan lidah dan gigi atasku. Aku pun terperanjat. Namun dia tetap
tertidur. Kini kusedot-sedot puting payudaranya secara berirama.
Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah
lahapan bibirku. Kini puting dan payudara sekitarnya yang berwarna
kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku. Kembali kusedot daerah
tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Yang penting
perlahan-lahan tanpa irama yang menyentak, agar dia tidak terbangun.
Namun walaupun tetap tertidur, mimik wajah Yumiko tampak sedikit
berubah, seolah menahan suatu kenikmatan.
Kedua
payudara harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. Kontholku
bertambah tegang. Sambil terus menggumuli payudara dengan bibir, lidah,
dan wajahku, aku terus menggesek-gesekkan konthol di kulit pahanya yang
halus dan licin. Rasa nikmat dan hanya merembes dari kontholku ke
sel-sel otak di kepalaku. Dan mulut kecil di kepala kontholku
ikut-ikutan mencari rasa geli dan nikmat lewat kecupan-kecupan kecilnya
nya di permukaan mulus kulit paha Yumiko.
Kubenamkan
wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Yumiko. Kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di
lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan payudara dan kulit
perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian.
Keharuman yang terpancar dari badannya kuhirup dengan rakusnya, dengan
habis-habisan, seolah tidak rela bila ada bagian kulit tubuh yang
terlewatkan barang satu milimeter pun.
Kecupan-kecupan
bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun
beralih ke perut dan pinggang Yumiko. Sementara gesekan-gesekan kepala
kontholku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut
sekeliling pusarnya yang putih mulus. Kemudian wajahku bergerak lebih ke
bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara
perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke celana dalam tipis yang
membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut
dan celana dalam. Kemudian ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian
rambut jembutnya yang keluar dari celana dalamnya. Lalu kuendus dan
kujilat celana dalam pink itu di bagian yang tidak mampu menyembunyikan
lekuk belahan bibir memeknya. Kuhirup kuat-kuat bau khas yang terpancar
dari balik celana dalam yang membuat nafsuku semakin meronta-ronta.
Setelah cukup puas, aku mengakhiri kecupan dan jilatanku di celana dalam sekitar memeknya tersebut.
Aku
bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuh mulus
yang begitu menggairahkan tersebut. Kontholku yang tegang kemudian
kutempelkan di kulit payudara Yumiko. Kepala konthol kugesek-gesekkan di
kehalusan kulit payudara yang menggembung montok itu. Kembali rasa
geli, hangat, dan nikmat mengalir di syaraf-syaraf kontholku. Sambil
kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala konthol terus kugesekkan
di gumpalan daging payudaranya, kiri dan kanan. Rasa nikmat semakin
menjalar. Aku ingin berlama-lama merasakannya.
Setelah
sekitar dua menit aku melakukan hal itu, nafsuku yang semakin tinggi
mengalahkan rasa takut. Kulepas celana pendekku. Tampak kontholku yang
besar dan panjang berdiri dengan gagahnya. Kuraih kedua belah gumpalan
payudara mulus Yumiko yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan
mengangkangi pinggang ramping Yumiko dengan posisi badan sedikit
membungkuk. Batang kontholku kemudian kujepit dengan kedua gumpalan
payudaranya. Kini rasa hangat payudara Yumiko terasa mengalir ke seluruh
batang kontholku.
Perlahan-lahan
kugerakkan maju-mundur kontholku di cekikan kedua payudara Yumiko.
Kekenyalan daging payudara tersebut serasa memijit-mijit batang
kontholku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala
kontholku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala
mundur, kepala kontholku tersembunyi di jepitan payudaranya. Lama-lama
gerak maju-mundur kontholku bertambah cepat, dan kedua payudara
montoknya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan
daging kenyal di batang kontholku semakin kuat. Aku pun merem melek
menikmati enaknya jepitan payudara indah.
Bibir
Yumiko pun mendesah-desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…” Mungkin
walaupun tetap dalam keadaan tertidur pulas, dia merasa geli dan
ngilu-ngilu enak di kedua gumpalan payudaranya yang kutekan-tekan dengan
telapak tanganku dan kukocok dengan kontholku.
Bibir
mungil di kepala kontholku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan
tersebut membasahi belahan payudara Yumiko. Oleh gerakan maju-mundur
kontholku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan
remasan-remasan tanganku di kedua payudaranya, cairan itu menjadi
teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang
kontholku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar
maju-mundurnya kontholku di dalam jepitan payudaranya. Dengan adanya
sedikit cairan dari kontholku tersebut aku merasakan keenakan dan
kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala
kontholku dengan kulit payudara indahnya.
“Hih… hhh… edan… edan… Luar biasa enaknya…,” aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi.
Sementara
nafas Yumiko dalam tidurnya menjadi tidak teratur. Desahan-desahan
keluar dari bibirnya yang sensual, yang kadang diseling desahan lewat
hidungnya, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…”
Desahan-desahan
Yumiko baik yang lewat hidung maupun lewat bibir semakin menuntun
nafsuku untuk menaiki suatu perjalanan pendakian yang indah.
Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontholku di jepitan gumpalan payudaranya
semakin cepat. Kontholku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh
darah yang melalui batang kontholku berdenyut-denyut, menambah rasa
hangat dan nikmat yang luar biasa.
“Sugoi…
edan… oh… hhh…,” erangan-erangan keenakan keluar tanpa kendali dari
mulutku. “Sugoi… sugoi… Enak sekali, Yumiko… Heh… rasa cewek Jepang luar
biasa… Hhh… enaknya payudara Jepang… hhh… enaknya gesekan kulit mulus
Jepang… ah… Enaknya… mulusnya… hangatnya… enak sekali payudara Jepang…”
Aku
menggerakkan maju-mundur kontholku di jepitan payudara Yumiko dengan
semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari konthol ke
syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Yumiko Kawamura. Walupun tertidur,
namun alis matanya yang bagus bergerak naik turun seiring dengan
desah-desah perlahan bibir sensualnya akibat tekanan-tekanan,
remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di buah dadanya. Ada sekitar lima
menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan payudaranya itu.
Payudara
sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu
membimbing konthol dan menggesek-gesekkan kepala konthol dengan gerakan
memutar di kulit payudaranya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan
kiriku terus meremas payudara kiri Yumiko, kontholku kugerakkan
memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya,
kepala kontholku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus,
sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya. Rasa hangat,
nikmat, dan bercampur geli menggelitiki kepala kontholku.
Keberanianku
semakin tinggi. Sekarang kedua tanganku mencopot celana dalam minimnya.
Pinggul yang melebar indah itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang
semula tertutup celana dalam tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat
mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah
sekitar lobang kemaluannya. Kedua paha mulus Yumiko kemudian
kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak,
mempertontonkan alat kemaluannya. Bibir memek Yumiko nampak berwarna
coklat tua bersemu pink.
Aku
pun mengambil posisi agar kontholku dapat mencapai alat kemaluan Yumiko
dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang konthol, kepalanya
kugesek-gesekkan ke jembut Yumiko. Rasa geli menggelitik kepala
kontholku. Kemudian kepala kontholku bergerak menyusuri jembut menuju ke
memeknya. Kugesek-gesekkan kepala konthol ke sekeliling bibir memeknya.
Terasa geli dan nikmat.
Kemudian
kepala konthol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke
dalam. Lama-lama dinding mulut lobang kemaluan itu menjadi basah.
Kugetarkan perlahan-lahan kontholku sambil terus memasuki lobang memek.
Kini seluruh kepala kontholku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan
mulut memek Yumiko. Jepitan mulut memek itu terasa hangat dan enak
sekali. Sementara getaran perlahan dengan amplituda kecil tanganku pada
batang konthol membuat kepala kontholku merasa geli dan nikmat dalam
sentuhan-sentuhannya dengan dinding lobang memek.
Kembali dari mulut Yumiko keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi.
Kontholku
semakin tegang. Sementara dinding mulut memek Yumiko terasa semakin
basah. Perlahan-lahan kontholku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal
separuh batang yang tersisa di luar. Tusukan kuhentikan untuk memastikan
bahwa Yumiko tidak terbangun. Setelah yakin dia tidak terbangun,
kembali secara perlahan kumasukkan kontholku ke dalam memek. Terbenam
sudah seluruh batang kontholku di dalam memek Yumiko. Sekujur batang
konthol sekarang dijepit oleh daging hangat yang basah di dalam memek
Yumiko dengan sangat enaknya.
Sesaat
aku diam. Kulihat ekspresi wajah Yumiko kembali mengendur. Artinya dia
tidak terbangun. Kemudian secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk
kontholku ke dalam memeknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam memek
hanya kepala konthol saja. Sewaktu masuk seluruh konthol terbenam di
dalam memek sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar
biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kontholku.
Aku
menyukai rasa nikmat ini. Aku terus memasuk-keluarkan kontholku ke
lobang memeknya. Namun semua gerakanku kujaga tidak menghentak-hentak
agar Yumiko tidak terbangun. Dalam keadaan tetap tertidur alis matanya
terangkat naik setiap kali kontholku menusuk masuk memeknya secara
perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya
terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh…
sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…”
Aku
terus mempertahankan kenikmatan yang mengalir lewat batang kontholku
dengan mengocok perlahan-lahan memek perempuan Jepang tersebut. Enam
menit sudah hal itu berlangsung. Lama-lama aku membutuhkan kocokan yang
agak menghentak-hentak agar dapat mengakhiri perjalanan pendakian
tersebut. Namun bila kocokan itu kulakukan ke memek Yumiko bisa-bisa dia
terbangun. Jadi kocokan yang menghentak-hentak pada konthol harus
kulakukan di luar memeknya.
batang
konthol itu kulakukan. Aku kembali memasukkan seluruh kontholku ke
dalam memeknya. Kembali kukocok secara perlahan memeknya. Kunikmati
kehangatan daging dalam memeknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot
memek pada kontholku.
Kubiarkan
kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik
kontholku dari memek Yumiko. Namun kini tidak seluruhnya, kepala konthol
masih kubiarkan tertanam dalam mulut memeknya. Sementara batang konthol
kukocok denganjari-jari tangan kananku dengan cepatnya. Walaupin sudah
berhati-hati, namun kepala konthol itu menggelitiki dinding memek dengan
amplituda kecil tetapi berfrekuensi tinggi akibat kocokan tanganku di
batangnya. Hal tersebut menyebabkan rasa enak tak terperi. Geli, hangat,
dan nikmat.
Rasa
enak itu agaknya dirasakan pula oleh Yumiko. Terbukti walaupun dalam
keadaan tidur, dia mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala
kontholku pada dinding mulut memeknya, “Sssh… sssh… zzz… ah… ah… hhh…”
Tiga
menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kontholku ke dalam memek Yumiko.
Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada memeknya kali ini
lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas.
Kupercepat gerakan keluar-masuk kontholku pada memeknya, namun tetap
kujaga agar jangan menyentak-sentak. Kurasakan rasa enak sekali menjalar
di sekujur kontholku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi keenakanku.
Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, “Subarashii… subarashii…
sugoi… sugoi… edan… enaknya… Edan, hangatnya memek Jepang… Edan jepitan
memeknya… Yumiko… memekmu luar biasa… Edan… nikmatnya…”
Gerakan
keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit.
Kemudian rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kontholku.
Berarti beberapa saat lagi aku akan mengalami orgasme. Ke mana harus
kusemprotkan? Yang jelas jangan di dalam memeknya. Dapat diketahui
Yumiko nantinya. Apalagi kalau Yumiko sampai hamil dan terlahir anak
Indonesia.
Kucopot
kontholku dari memek Yumiko. Segera aku berdiri dengan lutut
mengangkangi tubuhnya agar kontholku mudah mencapai payudaranya. Kembali
kuraih kedua belah payudara montok itu untuk menjepit kontholku yang
berdiri dengan amat gagahnya. Agar kontholku dapat terjepit dengan
enaknya, aku agak merundukkan badanku. Kemudian kontolku
kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan buah dada aduhai itu. Cairan
dinding memek Yumiko yang membasahi kontholku kini merupakan pelumas
yang pas dalam memberi keenakan luar biasa pada gesekan-gesekan
kontholku dan kulit buah dada yang mulus itu.
“Edan…
Yumiko. Edan… luar biasa… Enak sekali… Payudaramu kenyal sekali…
Payudaramu indah sekali… Payadaramu montok sekali… Payudaramu mulus
sekali… Oh… hangatnya… Sssh… nikmatnya… Tubuhmu luarrr biasa…”, aku
merintih-rintih keenakan.
Sementara
di dalam tidurnya Yumiko mendesis-desis keenakan, “Sssh… sssh… sssh…”
Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah.
Aku
mempercepat maju-mundurnya kontholku. Aku memperkuat tekananku pada
payudaranya agar kontholku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat
kontholku. Rasa hangat menyusup di seluruh kontholku. Karena basah oleh
cairan memek, kepala kontholku tampak amat mengkilat di saat melongok
dari jepitan buah dada Yumiko. Leher konthol yang berwarna coklat tua
dan helm konthol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan
payudaranya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru
kontholku semakin menjadi-jadi.
Semakin
kupercepat kocokan kontholku pada payudara Yumiko. Rasa gatal semakin
hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju
puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kontholku di payudara montok
itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kontholku hampir
mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku
sambil mengocokkan konthol di kempitan payudara indah Yumiko dengan
sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar biasa akhirnya
mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul
pertahananku.
“Yumiko…!” pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak.
Jebollah
pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke
seluruh sel-sel kontholku saat menyemburkan cairan sperma.
Crot! Crot! Crot! Crot!
Spermaku
menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali
semprotannya, sampai menghantam rahang bagus Yumiko. Sperma tersebut
berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang sperma yang
banyak sekali itu mengalir turun ke arah leher Yumiko yang putih dan
jenjang.
Sperma
yang tersisa di dalam kontholku pun menyusul keluar dalam tiga
semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal
hanya sampai pangkal batang leher mulus Yumiko, sedang yang terakhir
hanya jatuh di atas belahan payudaranya.
Sejenak aku terdiam. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan pada penghujung pendakianku ini.
“Sugoi…
luar biasa… Yumiko, nikmat sekali tubuhmu…,” aku bergumam lirih. Baru
kali ini aku mengalami kenikmatan sex yang indah luar biasa. Diri bagai
terlempar ke langit ketujuh. Jauh lebih indah daripada masturbasi dengan
menghadapi gambar artis sexy yang bugil.
Baca juga : CERITA DEWASA TOKEK CEWEK CHINA
Setelah
nafsuku menurun, kontholku pun mengecil. Kulepaskan payudara Yumiko
dari raupan telapak tanganku. Kontholku sekarang tergeletak di atas
belahan payudaranya. Suatu komposisi warna yang kontras pun terlihat,
batang kontholku berwarna coklat dengan kepala konthol berhelm pink,
sedang kulit payudara montok Yumiko adalah putih mulus. Masih tidak puas
aku memandangi payudara indah yang terhampar di depan mataku tersebut.
Kemudian
mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang
melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke memeknya yang dikelilingi oleh
bulu jembut hitam jang lebat. Kubayangkan betapa enaknya bila bermain
sex dalam kesadaran penuh dengan Yumiko. Aku dapat menggeluti dan
mendekap kuat tubuhnya yang benar-benar menantang kejantanan. Aku dapat
mengocok memeknya dengan kontholku dengan irama yang menghentak-hentak
kuat. Dan aku dapat menyemprotkan spermaku di dalam memeknya sambil
merengkuh kuat-kuat tubuhnya di saat orgasmeku.
“Engh…” Tiba-tiba Yumiko menggeliatkan badannya.
Aku
terkejut dan tersadar. Cepat-cepat aku meraih celana pendekku dan
berlindung di belakang meja tamu. Sebentar menunggu reaksi, namun Yumiko
tertidur kembali dengan nafas yang teratur. Aku segera mengelap konthol
dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek.
Sementara kubiarkan celana dalamku tetap di dalam saku celana pendek
agar aku kontholku segera tertutup kembali.
Kemudian
beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap spermaku yang berleleran
di rahang, leher, dan buah dada Yumiko. Ada yang tidak dapat dilap,
yakni cairan spermaku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya.
“Ah,
nggak apa-apalah. Masak dia tahu. Dia kan hilang kesadarannya. Mungkin
juga dia baru terbangun besok pagi,” demikian pikirku.
Celana
dalam pink kupakaikan kembali ke pinggul Yumiko. Dan… edan! Kontholku
mulai berdiri lagi melihat kemolekan tubuh Yumiko. Namun aku tidak boleh
melakukannya lagi. Salah-salah dia terbangun. Cukup sudah sekali aku
menikmati tubuhnya di saat dia tertidur pulas oleh pengaruh alkohol
sehingga berlangsung aman. Daripada aku menanggung resiko lagi.
Kurapihkan
kembali baju kimono tidurnya. Tissue-tissue bekas pengelap konthol dan
sperma di tubuh Yumiko kukumpulkan menjadi satu. Akan kusimpan sebagai
kenang-kenangan bahwa aku sudah berhasil menggeluti tubuh perempuan
Jepang yang molek walaupun dia dalam keadaan tertidur. Akhirnya aku
memutuskan kembali ke apartemenku sendiri, meninggalkan Yumiko yang
tertidur pulas di atas karpet di samping meja tamu. Sempat kulirik jam
dinding di ruang tamu Yumiko, jarum jam menunjukkan pukul sembilan
kurang seperempat. Kututup pintu rumah Yumiko sambil bergumam lirih,
“Terimakasih atas servis kenikmatannya, Yumiko-san.”
Baca juga : Prediksi Togel Singapore SENIN
Mau nonton video bokep???klik disini <-------
Link alternatif AGEN JUDI ONLINE QQPUMA :👇
www.uangbola.com
www.qqpuma1.com
www.qqpuma2.com
www.qqpuma3.com
versi mobile/android/handphone
m.uangbola.com
m.qqpuma1.com
m.qqpuma2.com
m.qqpuma3.comSilahkan Hubungi kami hanya di :
WA : +63 9271482383
Comments
Post a Comment